Liburan akhir tahun : Ekspedisi ke bukit bawang (part 2).
Post#28
Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh...
Selamat sore wahai pengunjung serabutanblogspot.com, apa kabar kamu semoga sehat-sehat selalu ya... ;). Hehehe, ma'af ya kang mas ngak menepati janji kang mas. Padahal post kali ini udah harus di upload beberapa hari yang lalu.
Ma'af ya, Kalau gitu langsung lanjut saja ya !...
CHECK THIS OUT!....
---------
Suara motor dan lalu lalang yang padat di siantan menjadi pemandangan wajib jika melewati kawasan ini. Kami tidak bisa memacu motor dengan dengan kecepatan tinggi karena terdapat pasar yang ramai penduduk.
Dino dan riko memimpin jalan di ikuti oleh kimau, teguh-tito, syamsul-bg jack dan aku serta didit. Dengan kecepatan 80 km/jam kami melewati wajok, jungkat, sungai pinyuh, daeng manambon, mempawah, sungai duri dan beristirahat di indomaret singkawang. Sebelum sampai di indomaret singkawang, kaki kanan kang mas menghantam bola kaca yang ada di tengah jalan. Anjing!,rasanya sakit banget sumpah.
Sampai di indomaret kang mas langsung turun dari motor, pantat kang mas sudah kehabisan darah karena duduk terus dan kaki kang mas seperti terkilir. Jadi kang mas jalannya agak pincang.
Kami semua duduk bersantai sambil meluruskan kaki, jam tepat menunjukan pukul setengah sebelasa malam. Kang mas membeli kopi espresso agar mata tidak mengantuk. Kang mas duduk sambil mengurut-urut kaki kang mas. Keadaan kami sudah mulai kelelahan waktu itu.
Teguh sudah tiduran meluruskan badannya, sementara tito sudah terlihat lesu. Didit dan kimau bercerita tentang masa lalu mereka, bg jack dan syamsul sibuk main game dan dino serta riko berloahraga kecil supaya tidak kantuk.
15 menit kami duduk, kami pun melanjutkan perjalan lagi menuju lembah bawang. Dengan semangat baru pertama kali muncak, kami pun tetap optimis jam 12 malam sampai di lembah bawang. Tak lama kami pun sampai di singkawang. Tempat yang terkenal dengan sebutan "seribu kelonteng". Yang "Harus" kalian pahami dari kota singkawang adalah banyaknya jalan satu arah dan itu sangat membingungkan bagi para pendatang.
Kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 11 malam. Kami berjalan menerobos pusat kota singkawang yang mulai sepi. Namun pasar-pasar penjual sayur masih bertebaran di tepi jalan. Kang mas sudah mulai merasa tidak enak, karena kimau,bang jack serta syamsul tak tampak berada di belakang kami(posisi kang mas di depan sebagai pemimpin tour). Kang mas pun berinisatif untuk menepi dan menunggu mereka.
Teguh langsung meletakkan tas carriernya. Didit dan tito langsung duduk membujurkan kakinya.
Sampai di indomaret kang mas langsung turun dari motor, pantat kang mas sudah kehabisan darah karena duduk terus dan kaki kang mas seperti terkilir. Jadi kang mas jalannya agak pincang.
Kami semua duduk bersantai sambil meluruskan kaki, jam tepat menunjukan pukul setengah sebelasa malam. Kang mas membeli kopi espresso agar mata tidak mengantuk. Kang mas duduk sambil mengurut-urut kaki kang mas. Keadaan kami sudah mulai kelelahan waktu itu.
Teguh sudah tiduran meluruskan badannya, sementara tito sudah terlihat lesu. Didit dan kimau bercerita tentang masa lalu mereka, bg jack dan syamsul sibuk main game dan dino serta riko berloahraga kecil supaya tidak kantuk.
15 menit kami duduk, kami pun melanjutkan perjalan lagi menuju lembah bawang. Dengan semangat baru pertama kali muncak, kami pun tetap optimis jam 12 malam sampai di lembah bawang. Tak lama kami pun sampai di singkawang. Tempat yang terkenal dengan sebutan "seribu kelonteng". Yang "Harus" kalian pahami dari kota singkawang adalah banyaknya jalan satu arah dan itu sangat membingungkan bagi para pendatang.
Kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 11 malam. Kami berjalan menerobos pusat kota singkawang yang mulai sepi. Namun pasar-pasar penjual sayur masih bertebaran di tepi jalan. Kang mas sudah mulai merasa tidak enak, karena kimau,bang jack serta syamsul tak tampak berada di belakang kami(posisi kang mas di depan sebagai pemimpin tour). Kang mas pun berinisatif untuk menepi dan menunggu mereka.
Teguh langsung meletakkan tas carriernya. Didit dan tito langsung duduk membujurkan kakinya.
difoto : tito, didit(jaket merah) dan teguh.
Kami berhenti di jalan pahlawan. Tepat di depan kami berhenti adalah makam pahlawan singkawang. Malam waktu itu sangat terang. Bulan bersinar cerah. Gelapnya pohon dapat terlihat karena sinar bulan.
Didit mencoba menelpon kimau, namun tidak di jawab. Kami menunggu mereka datang. Waktu itu, kangmas hanya menatap makam pahlawan. melihat luasnya nisan-nisan yang berjejar bertuliskan nama sang mayat.
Tak lama datang kimao sendiri menghampiri kami.
"Mane yang lain mao?" tanya didit dengan wajah kesalnya.
"Lagi beli logistick, nambah-nambah yang lain" jawab kimao meletakkan carrier yang digendongnya.
Mata dan tubuh kami sungguh lelah. Sekitar 10 menit kemudian, bang jack dan syamsul datang. Kami pun melanjutkan perjalanan kami lagi. Jam menunjukkan pukul 12 malam. Dengan keadaan letih kami menerobos embun yang mulai turun. Melihat sisa bensin dimotor sudah menunjukkan arah ke huruf E. Kami pun berhenti untuk mengisi bensin.
Setelah mengisi bensin kami mengobrol sebentar. "Ini mau langsung lanjutk ke?" tanya didit kepada kami semua. Kimao berkata" Lanjut lagi yak, tanggung nih" kata kimao yang semangat namun nampak lelah. "Tapi didepan tuh van dering. Bahaya kalau malam-malam lewat sana" kata syamsul memberitahu.
"Baik kita istirahat yak, kasian bawa tito dengan aldo nih(kang mas)" ucap teguh duduk dimotornya. Karena kang mas, tito, dino serta riko masih pemula dalam hiking. "Istirahat yaklah, shubuh nanti kita lanjut lagi. kita cari masjid dulu" perintah didit dan kami pun melanjutkan perjalanan mencari masjid.
Tak berlangsung lama, kami pun sampai disebuah surau (tepatnya). Tanpa fikir panjang, kami memarkirkan motor dan langsung telentang di teras surau tersebut.
Udara dingin sungguh menyerang kulit kami malam itu. Bang jack yang tak tahan dengan dingin pun mendobrak masuk ke dalam surau. Kangmas dan tito yang melihat bang jack masuk ke dalam surau pun langsung ikut masuk ke dalam surau juga. Di dalam surau udaranya lebih baik, karena beralaskan sajadah. Akhirnya kang mas pun dapat tertidur lelap.
-----
Suara adzan shubuh yang nyaring membangunkan kami semua. Sontak kami semua terduduk sambil mendengarkan adzan. Masing-masing bersiap untuk sholat (padahal semuanya rata-rata belum mandi wajib hahaha). Kang mas yang sadar diri belum mandi wajib malah ingin buang air besar. Sementara yang lainnya pada sholat shubuh.
Kami pun berbincang-bincang dengan imam masjid dan masyarakat sekitar. Kami bercerita tentang perjalanan kami. Kami ditemani kopi hangat untuk menemani pagi kami. Shubuh itu adalah shubuh yang paling bersahaja dalam hidup kang mas.
Semua tertawa bersama menanti mentari. Sinar matahari sudah mulai tampak. Kami pun berpamitan dengan imam surau tersebut dan melanjutkan perjalanan menuju bukit bawang. Semangat pagi kami kembali terisi.
Udara yang segar dan jalanan yang sepi membuat kami semakin semangat. 10 menit perjalanan, kami sudah berada di depan jalan yang melegenda. Yup!, jalan yang terkenal dengan nama bukit van dering.
Jalanannya banyak patahan (Bukan belokkan tapi patahan). Wuh, kalau lewat sini harus oper gigi naik-turun terus.
Suasana malam di van dering yang kami takutkan. Berubah menjadi kesukaan kami. Bukit van dering sendiri jikalau malam gelap gulita tiada cahaya. Dan kiri kanannya masih hutan lebat. Tapi pagi itu, bukit van dering sangat menawan dengan sinar matahari yang tipis-tipis menyinari. Benar-benar suasana yang pas untuk berswafoto.
Setelah melewati bukit van dering, kami pun sampai di pintu masuk bukit bawang. Kami yang kekurangan air pun mencari toko kelontong. Karena alfamart dan indomart belum masuk sampai ke sana hahahaha(Soalnya masih pedesaan yang asri sekali.
Lalu kami sampai disebuah toko kelontong. Kami pun membeli pasokan air minum yang banyak. Teguh membeli biskuit untuk sarapan kami.
Difoto : Didit, riko dan tito (dari kiri ke kanan).
Setelah selesai mebeli air, kami pun melanjutkan perjalanan lagi menuju tempat pak RT setempat untuk melapor. Jalanan yang kami lalui masih berupa tanah kuning. Motor kang mas dengan mudah menerjal tanah kuning tersebut. Sementara yang lain agak tersendat-sendat.
Sekitar 7 menit perjalanan kami pun sampai di tempat pak RT. Kami melapor dan mengisi uang distribusi serta parkir sekitar 10 ribu /orang.
Kami pun membuka perbekalan karena kami belum sarapan. Anjing kecil milik pak RT sangat aktif sekali. Kami pun sampai dibuat takut olehnya. Jam pukul 8 pagi, kami membuat sarapan. Kami memasak nasi dan indomie kaldu plus sosis. Setelah selesai kami tuangkan semuanya diatas sebuah jas hujan yang di jual murah di alfamart/indomart(Karena kami tidak menemukan daun pisang).
Untuk toppingnya kami tambahkan kering tempe. Jadinya so yummy. Wuhhh... Makan kami seperti orang kelaparan.
Difoto : Proses memasak
Difoto : (dari kiri ke kanan) bang jack, teguh, didit dan dino.
Pagi itu kami makan bersama dengan kidmat....
P.S
Upadate besok.
Comments
Post a Comment